Tuntutlah Ilmu yang Mengantarkanmu Menuju Surga
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Hallo, Sahabat Masna. Hari ini kita akan membahas tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu. Orang yang menuntut ilmu adalah orang yang berderajat mulia di hadapan Allah SWT. Orang yang menuntut ilmu adalah orang yang selalu diberi keberkahan.
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan.
Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang
berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajad.
“Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al
Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah
SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan
kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai
orang-orang yang berilmu.
“Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Nabi
Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah
pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan
Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu
kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada
matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang
‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2
bisa tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang ‘alim atas orang
ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling
rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
Nabi Muhammad
mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. “Menuntut ilmu wajib bagi
muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak
lahir hingga sampai ke liang lahat.”
Jelas Islam
menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk
mempelajarinya. Karena itu pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di
pedesaan) yang menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah
tinggi2, soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas bertentangan
dengan ajaran Islam.
Selain itu Nabi juga
menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya.
Karena itu seorang muslim haruslah berusaha belajar setinggi2nya.
Jangan sampai kalah dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma
mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana,
Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak mampu secara
finansial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk membantunya
jika dia ternyata adalah orang yang berbakat.
Sekarang
ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan
orang-orang kafir. Ternyata justru orang-orang kafir itulah yang
mengamalkan ajaran Islam seperti kewajiban menuntut Ilmu setinggi2nya.
Jarang kita menemukan ilmuwan di antara ummat Islam. Sebaliknya, tingkat
buta huruf sangat tinggi di negara2 Islam.
Hal
itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran
Islam, tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan
perintah agamanya. Ayat pertama dalam Islam adalah “Iqra!” Bacalah! Di
situ Allah memperintahkan ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata
tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara2 Islam. Ini karena
kita tidak konsekwen dengan ajaran Islam.
Nabi
juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala dari
Allah SWT, dan pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat
menerima manfaat dari ilmunya..
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat….”(HR Muslim)
Pada
awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb dengan sungguh2.
Mereka giat menuntut ilmu. Hadits2 seperti “Siapa yang meninggalkan
kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”,
“Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid
(martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar.
Ummat
Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas. Pabrik kertas
pertama didirikan di Baghdad tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu
dengan subur di seluruh negeri Arab (baca: Islam) yang dulu dikenal
sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.
Direktur
observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku
sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al
Hakim memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4
abad sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana (artinya: pandai)
hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir
memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah
tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Pada
masa awal Islam dibangun badan2 pendidikan dan penelitian yang
terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707
oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad
kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya
didirikan menurut model Islam.
Para ilmuwan
Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic
Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan
bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya
sistem “Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita
mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu
“III,” tapi coba tulis angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka
Romawi. Bingungkan? Jadi para ahli matematika dan akuntan haruslah
berterimakasih pada orang-orang Islam, he he he..:) Selain itu berkat
Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa menemukan komputer yang
menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau
dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu
bisa terjadi.
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 “irrational” serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation).
Di
dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung
enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia
juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi
diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun
1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas
kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang
jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika,
filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid
(Averroes) yang ahli dalam filsafat.
Dan masih
banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu
pengetahuan. Ketika terjadi perang salib antara raja Richard the Lion
Heart dan Sultan Saladdin, boleh dikata itu adalah pertempuran antara
bangsa barbar dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal itu
ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat
Eropa ketika itu) sedangkan Sultan Saladin bukan saja seorang yang
literate, tapi juga seorang ahli di bidang kedokteran. Ketika raja
Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu
mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap di
antara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika
itu, bukan saja pintar, tapi juga welas asih. Jika kita menonton film
Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner, tentu
kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi
bangsa Moor seperti teropong.
Tapi itu sekarang
tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu
pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya
dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi.
Ummat
Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali,
sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap
Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat
Islam yang mempelajarinya.
Ilmu agama tentang
mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu
adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli
Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu
agama yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan
menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah
harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa kita jadi ahli komputer,
kalau kita akhirnya masuk neraka karena tidak pernah mengetahui cara
shalat?
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi
ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia,
ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat
tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh
adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang
menguasainya.
Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Islam dan bisa menegakkan kalimah Allah.
Sumber : https://m.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-islami/keutamaan-menuntut-ilmu-dalam-islam/376950015687593/
Sumber : https://m.facebook.com/notes/renungan-dan-motivasi-islami/keutamaan-menuntut-ilmu-dalam-islam/376950015687593/
Komentar
Posting Komentar