IPTEK DAN IMTAQ DALAM PANDANGAN ISLAM
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita
hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan
manfaat positif bagi kehidupan manusia, memberikan banyak kemudahan, serta
sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas
manusia.
Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat sudah
menikmati banyak manfaat yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.Contoh
termudah adalah dampak positif dari berkembangnya iptek di bidang teknologi
komunikasi dan informasi.
Perkembangan teknologi akhir-akhir ini, menjadikan
dunia yang amat luas di era globalisasi ini menjadi sempit, mengecil, dan
terbatas. Perubahan ini tentu saja berdampak positif dan negatif bagi
kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak negatif dari perubahan dan pergeseran
zaman mampu mengguncang, menggeser, dan mengikis habis nilai-nilai moral dan
iman. Bahkan, lebih jauh dari itu dapat menghancurkan masa depan dan peradaban
manusia.
Oleh karena itu, seorang muslim harus membentengi diri
dengan keimanan dan keislaman yang kuat. Tanpa imtaq yang kokoh kehidupan
seorang muslim akan terombang-ambing dan bisa berujung pada kehancuran. Iman
adalah pelita, yang menjadi penerang dan petunjuk pada jalan yang lurus.
5. Menyelaraskan IMTAQ dan IPTEK
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut
ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science)
saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu
melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila
diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and
science).
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah
melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada
keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan hasil teknologinya
yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan manusia
yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat
mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi
martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan
teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia
tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga
penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat
menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan
fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan
islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna
antara kebenaran dan keindahan.
Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat
(komitmen) sebagai dasar nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja
sebagai bentuk keberadaan manusia, dan Orang mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan
imtaq ini diperlukan karena empat alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang
sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh
asas iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat
mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara
metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar
modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat
sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan
nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan
kebutuhan jasmani, tetapi juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi
(kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya
akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi
hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa
raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat
yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq,
segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak
akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam
semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan
menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
al-Qur’an
Artinya :
“Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana fatamorgana
di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang dahaga, tetapi
bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)
|
Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus
diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang dan
dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan kebaikan akhirat seperti do’a
yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
Artinya :
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)
Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka
perlu dikembangkan usaha perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan
metode pembelajaran misalnya usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi
belajar, mengintensifkan program imtaq di sekolah-sekolah salah satunya dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama (imtaq) ke dalam setiap
mata pelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran harus memadukan antara Iptek dengan imtaq.
6.
Tanggung
Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai
abdun (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun
adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah,
sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks 'abdun, manusia menempati posisi
sebagai ciptaan Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia
untuk taat dan patuh kepada penciptanya. Manusia diciptakan Allah dengan dua
kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada
perbuatan fasik seperti yang terkandung dalam Al – Qur’an :
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
Artinya :
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, (jalan) kefasikan dan
ketaqwaan," (QS. Asy-Syams: 8).
Dengan kedua kecenderungan tersebut, Allah memberikan
petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya
kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh
nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di
muka bumi. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali
sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk
kehidupan umat manusia dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadai. Tanpa menguasai ipteks, fungsi hidup
manusia sebagai khalifah akan menjadi kurang dan kehidupan manusia akan tetap
terbelakang. Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar
terjaga kelestariannya dan keseimbangannya. Kalau terjadi kerusakan alam dan
lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri. Mereka tidak
menjaga amanat Allah sebagai khalifah.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَالَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : ”
Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut akibat perbuatan tangan manusia,
Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (kejalan yang benar)” (QS. Ar-Rum: 41).
Komentar
Posting Komentar